Diberdayakan oleh Blogger.

Arsip Blog

Katakan dengan Warna


Kenapa manusia dapat melihat warna, maka warna mempunyai peranan penting dalam hidup manusia. Hampir setiap orang mempunyai warna yang ia sukai. Kelompok dan bangsa juga mempunyai warna-warna yang digemari atau dipuja. Warna bendera membawa lambang nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh bangsa masing-masing.
Warna merah yang mencolok dan kelihatan dari jauh banyak disukai orang. Perusahaan Daimler-Benz pernah menyelidiki warnah Mercedes yang mana yang paling laku di Afrika sebelah selatan Sahara, dan ternyata merah. Dalam lingkungan yang serba hijau, warnah merah yang menyala merupakan selingan yang meriangkan hati. Maka jangan heran, kalau kita berdiam didaerah rural, kita akan tertarik pada warna merah.
Akan tetapi dilingkungan yang putih dengan salju, diselubungi langit kelabu, warnah merah juga membawa kecerahan dan keceriaan. Tidak aneh kalau di Rusia merah sangat disukai dan berarti cantik. Lapangan merah (Krassnaja Ploshchad) sudah ada sebelum ada komunisme. “Gadis merah” (Krassnaja devochka) berarti gadis juwita. Oleh karena itu kaum revolusioner mengambil warna merah sebagai lambang revolusi dan kemudian menjadi warna komunisme.
Dalam pewayangan muka berwarna merah hanya dipakai untuk yang durjana, durhaka, dan dursila. Di negeri Cina, merah (hung) sebaliknya mengandung arti kegembiraan, perkawinan, pesta. Datang keperayaan tahun baru Cina janganlah berbaju biru tua, tetapi pilihlah merah. Di Indonesia merah diartikan darah, berani, juga kegembiraan dan kesenangan. Anak-anak akan memilih sirup merah, bukan yang hijau. Untuk menarik perhatian khalayak, orang memakai payung merah, selendang merah dan kain merah. Ditambah makan sirih untuk pemerah bibir dan berinai (Paccing) ada kuku dan telapak.
Lipstik yang bernuansa merah menjadi pepoler sejak tahun 1950-an. Tetapi pada tahun 1960-an diperkenalkan warna Yang keputih-putihan atau pucat, dan orang-orang yang berkulit sawo atau hitam meniru pula. Maka kita lihatlah wanita-wanita berkulit gelap gelap dalam pakaian malam berwarna gelap, memakai celak hitam pada alis dan bayangan mata keputih-putihan pada pelupuk mata, bedak pemerah pada pipi yang menonjol kesamping, lalu lipstik putih pada bibir yang tebal di mulut yang tomggos, duduk direstoran mewah dengan penerangan disuramkan, dan sekali-kali menampakkan geligi putih berseri sungguh mengerikan. Apa yang baik untuk satu ras rupanya belum tentu baik untuk ras yang lain.
Di Eropa pakaian resmi adalah jas berwarna gelap (dark suit), biru tua atau hitam arang (charcoal). Karena Barat dominan hampir dalam segala aspek kehidupan, maka orang lain menirunya pula. Baik pria yang hitam maupun yang sawo matang berpakaian gelap, juga di negerinya sendiri di daerah tropis, pada siang hari yang terik, padahal diantaranya terdapat tamu barat dengan jas tipis berwarna terang.
Barat juga berkabung dengan warna gelap: pakaian hitam, cadar hitam, topi hitam, sepatu hitam, dasi hitam. Di Timur sebetulnya orang berkabung dengan warna putih, baik di India, Cina, Korea dan Jepang kadang-kadang dengan tanda pita hitam tanda kesucian. Pada kematian orang Cina warna pakaian lain dapat dipakai pelayat, tergantung pada dekat jauhnya tali kekerabatan, misalnya kelabu, hijau pucat, biru, tetapi tidak lembayung atau ungu.
Putih adalah tanda suci. Gaun pengantin Barat putih bersih, melambangkan suci murni. Tetapi belakangan ini mulai dikenalkan pula yang tidak begitu putih, misalnya putih kelabu (dirty white), beige (coklat kelabu) dan merah jambu (pink). Ada yang mengatakan ini mencerminkan pergesaran moralitas seksual.
Di Rusia dahulu putih dianggap lambang kekaisaran atau antikomunisme, sedangkan dalam perang, putih dianggap menyerah, yang dapat berarti tidak berani lagi atau meletakkan senjata secara sukarela.
Banyak hal dapat dikatakan dengan warna. Tetapi, apakah warna kulit, lingkungan dan kebudayaan tidak mempengaruhi warna yang kita pakai untuk mengatakan sesuatu??[ki]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar