Menurut history Bissu merupakan penjaga warisan budaya Bugis kuno yang masih ada sampai sekarang, hanya saja banyak kalangan yang menyatakan bahwa komunitas Bissu tersebut melanggar peraturan daerah (Perda) syariat Islam karna dinilai musyrik, memuja dewa dan tidak menikah (karena mereka adalah kalangan waria). Namun, jika kita kembali merunut, dapat dinilai bahwa peranan Bissu itu sendiri sangat berperan dalam pengembangan usaha pertanian dan berfungsi sebagai sandro (dukun) di kampung-kampung di tanah Bugis.
Sebenarnya ada kemiripan penerjemahan dengan Biksu dalam terminologi (istilah) Buddha. "Pada dasarnya, mereka itu adalah muslim, dan melaksanakan salat lima waktu. Hanya saja, upacaranya saja yang kelihatan seperti musyrik. Bissu datang, jauh sebelum kedatangan Islam di Sul-Sel.
Ada keunikan tersendiri yang dimiliki oleh para Bissu. Memang sangat sulit dipahami dan seakan menjadi misteri dalam perkembangan ilmu pengetahuan, sehingga tidak mudah dipahami secara konkret oleh masyarakat umum. Meski demikian, Bissu tetaplah menjadi fenomena menarik dari peradaban Bugis kuno dari abad kea bad.
Keunikan dari para Bissu itu sendiri bisa dilihat pada setiap musim tanam, kelompok Bissu selalu jadi penentu yang baik, dibanding para pakar pertanian. Juga pada saat menangani orang yang sakit. Bissu berperan menjadi sandro (pengobat). Kita mengenal, mereka itu adalah orang yang kebal dan tak mempan dengan tusukan keris atau benda tajam lainya, di tubuh Bissu.
Ditambahkan peneliti lainnya, Nasruddin, Bissu atau calabai (Bugis: banci) dimaknai masyarakat Bugis-Makassar, sebagai sebuah kesenian. Ada dikenal upacara "Mappalili". Peristiwa itu adalah upacara sebelum memulai menanam padi. Puncak dari upacara disebut disebut "Ma'giri" atau menusuk tubuh dengan keris.
Bissu sendiri memahami, pembawaan mereka yang terkesan "sakti" itu, adalah keajaiban yang diturunkan dewata. Makanya, mereka harus suci dan tidak kawin. Semua mereka adalah kaum waria, dalam artian mereka itu menjaga kesuciannya.<dari berbagai sumber>
BACA JUGA: DISINI
bY; AMIR AL MARUZY
Tidak ada komentar:
Posting Komentar