Diberdayakan oleh Blogger.

Arsip Blog

FORMAT PROPOSAL NASKAH BUKU

PRPOPOSAL NASKAH BUKU
INFORMASI BUKU
Judul
SAUKANG: Sistem Kepercayaan Masyarakat Bugis-Makassar dari Zaman Pre-History Sampai Zaman Modern
Sinopsis
Sejak zaman pra-aksara, manusia sudah mulai mencari dengan keterbatasan akal mereka, tentang kenapa mereka sakit, dan kenapa mereka meninggal. Dari pertanyaan sederhana ini kemudian muncul dugaan manusia bahwa  dibalik kejadian luar biasa itu pasti ada penyebabnya. Tapi penyebab dari kejadian tersebut adalah sesuatu yang tidak pasti. Mereka kemudian bersepakat dalam hati mereka bahwa ada Dzat yang luar biasa yang menyebabkan hal-hal gaib ini terjadi.
 Bugis-Makassar adalah salah satu suku yang mendiami jazirah sebelah selatan pulau Sulawesi. Kedua suku ini berasal dari suku Deutero Melayu (Melayu muda) yang bermigrasi dari Yunan Cina Selatan pada kurun waktu tahun 400-300 SM. Jauh sebelumnya sudah ada tanda-tanda peradaban ditempat ini, diantaranya dapat dibuktikan dengan ditemukannya lukisan praaksara di Gua leang-leang Maros, gua Sumpang Bita di Pangkep dan gua Leang Bambang Oroa Sinjai. Kemudian pada zaman selanjutnya manusia Bugis-Makassar membangun peradaban awal pada  masa sejarah dengan membangun peradaban di Tana Lu, (Luwu). Disini muncul kepercayaan asli mereka yang terkenal dengan kepercayaan kepada Dewata Suwae. Disini agama lokal Bugis-Makassar kemudian menyebar kehampir seluruh jazirah Sulawesi dengan segala modifikasinya diantaranya kepercayaan Aluk Todolo di Toraja, kepercayaan Patuntung di Kajang dan kepercayaan Towani Tolotan di Sidrap. Ketiga agama ini sampai saat ini masih eksis ditengah penetrasi dari berbagai agama besar yakni Hindu, Islam dan Kristen. Namun dibalik dominasi dari agama besar tersebut, agama lokal Bugis-Makassar mampu mengadakan survive dengan cara melakukan akulturasi atau afiliasi dengan agama tersebut.
Bukti akulturasi tersebut bisa dilihat pada agama lokal Aluk Tudolo berafiliasi dengan agama Kristen di Toraja, agama lokal Patuntung berafiliasi dengan agama Islam di Kajang dan agama Towani Tolotan berafiliasi dengan agama Hindu di Sidrap. Dan pada umumnya saat ini mayoritas masyarakat Bugis-Makassar memeluk agama Islam. Namun bila diteliti secara mendalam tingkat kepercayaan mereka terhadap Islam masih belum maksimal atau dalam istilah Islam mereka belum memeluknya secara kaffah, karena dari dulu sampai sekarang agama lokal yang bersifat animisme dan dinamisme masih bercokol disanubari manusia Bugis-Makassar.
Salah satu faktor yang menyebabkan masih kentalnya agama leluhur pada manusia Bugis Makassar tersebut, antara lain dikarenakan historis penyebaran Islam di wilayah ini dari atas ke bawah, artinya tiga orang penyebar agama Islam ( Datu di Tiro, Datu Patimang dan Datu ri Bandang) ke wilayah Bugis-Makassar mengislamkan ( Sombayya )raja dulu, kemudian raja memerintahkan rakyatnya dengan segala kemutlakan dari sang raja untuk memeluk agama baru tersebut. Jadi dilihat secara konstekstual maka mau tidak mau, suka atau tidak suka mereka harus memeluk agama Islam sebagai agama mereka,  karena ini merupakan titah dari Sombayya yang harus dan mesti dipatuhi.
Satu hal yang menarik bahwa sebelum raja gowa memeluk Islam ada semacam kesepakatan yang dibuat antara kerajaan Gowa dengan Datu ri Bandang. Kerajaan Gowa yang diwakili oleh tehnokratnya Karaeng Pattingalloang mengajukan beberapa syarat kepada Datu ri Bandang, yakni pertama Minum Tuak tak dilarang, karena kapan rakyat prajurit  Gowa tidak minum Tuak lagi maka keberanian mereka akan sirna; kedua agar Candu tidak dilarang, karena kalau dilarang maka Bate Salapang dan pejabat-pejabat Gowa lainnya tidak akan mampu lagi berpikir untuk kemajuan kerajaan; ketiga agar Judi sabung Ayam tidak dilarang karena kalau dilarang maka hiburan rakyat Gowa sudah tidak ada lagi; keempat agar penyembahan kepada Saukang dan benda-benda keramat tidak dilarang, karena kapan dilarang maka kharisma kerajaan Gowa akan pudar; dan kelima . kelima  syarat Karaeng Patigalloang ini diterima dengan berat hati oleh Datu Ri Bandang. Karena Datu Ri bandang berharap suatu saat secara bertahap Agama Islam di Gowa akan mengalami perkembangan dan akan masyarakat akan memeluk Islam secara menyeluruh.
Dari perjanjian antara Karaeng pattingalloang dengan Datu  ri Bandang, satu point yakni pihak kerajaan Gowa meminta agar kalo mereka memeluk Islam, janganlah mereka dilarang menyembah Saukang, karena saukang bagi mereka mempunyai arti penting bagi kebesaran kerajaan.
Saukang adalah Salah satu media terpenting dalam kehidupan keagamaan masyarakat Bugis Makassar. Saukang adalah sebuah Sao atau rumah kecil tempat Kalompoang atau makam Patanna Pa’rasangang. Dan yang menjadi penghulu atau penghubung Patanna Parasangang dinamakan Pinati. Pinati ini adalah keturunan dari Patanna Pa’rasangang dan dipilih berdasarkan atas keturunan.
Dari pemaparan singkat diatas, penulis merasa terpanggil untuk menggali lagi persoalan tersebut dan memunculkannya dalam bentuk buku. Adapun buku ini nantinya akan terfokus kepada permasalahan penyembahan Saukang sebagai media penyembahan kepada Patanna Pa’rasangang.
Segmen Pasar
Buku ini ditujukan terutama di kepada kalangan mahasiswa, pemerhati kebudayaan lokal, serta para pengambil kebijakan agar mereka mengetahui segala permasalahan bangsa ini dapat diselesaikan secara arif. Buku ini juga ditujukan kepada masyarakat umum yang mau atau peduli terhadap nilai-nilai kearifan lokal.
Daftar Isi
Halaman Judul
Pengantar
Daftar Isi
Bab I Pendahuluan
1.1.  Sejarah munculnya agama lokal Bugis-Makassar
Dst……
Daftar Pustaka     
Perkiraan Jumlah Halaman
120 halaman
PROFIL PENULIS
Nama /Samaran
Amir Al-Maruzy
Alamat Sekarang
Maros
No. Tlp/HP
0813437581xx
Email /Wesite

Tempat/Tgl Lahir

Profil Singkat
Penulis menyelesaikan pendidikan Strata Satunya (S1) di Jurusan

Foto Penulis



Tidak ada komentar:

Posting Komentar