Menyebut nama Israel, kita akan teringat dengan kata zionis. Begitu kata zionis terdengar, pikiran pun akan tiba pada tindak kekerasan yang dilakukan aparat keamanannya.
Negara Yahudi itu juga dikenal sebagai salah satu negara di dunia yang memiliki badan intelijen dan spionase terkenal dan canggih di dunia. Mossad, disebut-sebut sebagai badan intelijen paling penuh taktik dan intrik mematikan di jagat ini. Mengalahkan badan intelijen Amerika Serikat, Central Intelligence Agency (CIA) yang juga terkenal itu.
Ke negara itu, Ir Yenny Rustan, Dirut PT BPR Irian Sentosa melawat selama beberapa hari. Pengalamannya memasuki negara itu, secara khusus dikisahkan kepada ProFiles, suatu malam, beberapa jam setelah alumni UKI Paulus Makassar ini mendarat di Makassar beberapa waktu silam.
ISRAEL. Nama yang kondang dengan prestasi antagonistik. Tiada perilaku baik terbayang ketika negara itu disebut-sebut. Kehidupan bernegara warganya penuh dengan kecurigaan. Soalnya, Israel memiliki banyak musuh. Tidak jauh-jauh. Di seberang pagar pembatasnya sendiri. Itu musuh konvensional dan klasik, Palestina.
Memasuki negara itu, kita akan berhadapan dengan hanya satu kata. Ketat. Bukan hanya waktu masuk, saat keluar pun diperiksa habis. Pemeriksaan selain untuk urusan yang sudah rutin, mereka juga mencegah terjadinya penyelundupan nakotika, senjata tajam, dan tentu saja, senjata api.
Memasuki gerbang pemeriksaan di Bandara Ben Gurion, Tel Aviv, para tamu akan disambut perempuan berbadan ‘kekar’. Cantik pula. Tetapi, jangan pernah mencoba mencolek atau mengusiknya. Mereka bersenjata lengkap.
Semua barang bawaan pendatang tamu diobok-obok habis. Kantong celana, baju, dan jaket pun harus kosong melompong. Tidak boleh berisi.Ada paspor, apakah dia hanya mengacak saja, by filing, gak tahulah. Adapendatang, pemeriksaan paspornya cepat. Biasanya orang tua dan lanjut usia. Jika ada orang yang dicurigai, dia tahan paspor.
Tour leader sudah berpesan, kalau masuk Israel, ikuti saja apa maunya (petugas pemeriksa). Semakin kita gemas, akan lama sekali paspor ditahan. Bahkan, semakin dia bikin-bikin. Biasa juga, paspor dibiarkan begitu saja tanpa diutak-atik. Mereka malah melayani pendatang lain yang di belakang.
Kebetulan, rombongan Yenny berjumlah empat orang. Suami, Yenny, dan teman. Ada teman dan orang tua Yenny, pengurusan paspornya cepat. Dompet-dompet dibuka. Para petugas perempuan tersebut memeriksa dengan alat sejenis kuas. Ternyata ‘kuas’ itu untuk mendeteksi barang seperti serbuk mesiu atau serbuk narkotika. Kuas itu tinggal disapukan pada dompet pendatang. Kalau aman, tentu saja alat itu tak menangkap sesuatu.
Meski di paspor mereka tahu dari Indonesia, tetapi saat masuk mereka tidak bertanya ke Israel untuk apa. Ketika proses pemeriksaan paspor, ada yang bertanya mana paspornya, mereka menjawab: tunggu sebentar! Ternyata dia tahan. Dia kerjakan orang lain dulu. Bahkan, ada pendatang dari suatu negara, isi tasnya dibongkar tuntas. Barang-barangnya diobok-obok. Ternyata, hasil scanning alat deteksi mereka memperlihatkan ada sesuatu yang mencurigakan. Barang itu dicari sampai dapat.
Tel Aviv, ibu kota Israel, kota yang sangat bersih. Gemerlapan dan bersih. Bahkan lebih bagus dan gemerlapan. Keluar dari Tel Aviv memasuki Yerussalem tidak ada lagi kehidupan malam. Orang Palestina tidak leluasa ke Israel dan sebaliknya. Pemerintah negara zionis itu sudah membuat benteng pembatas yang cukup tinggi, sekitar 10 m.
Tour leader rombongan Yenny menginformasikan bahwa tembok tersebut berhasil menekan jumlah serangan yang datang dari arah Palestina. Benteng itu mengelilingi Palestina. Kalau pintu ditutup, bisa-bisa rakyat mati kelaparan.
Waktu masuk ke Palestina, rombongan Yenny dari Yerussalem. Keluar dari Palestina langsung berhadapan dengan tentara Israel lagi. Saat di atas mobil, semua penumpang pendatang harus membongkar tas. Diperiksa lagi.
Tapi, tour leader sudah pengalaman. Kalau tentara Israel naik menggeledah tas, peserta tour disuruh menyanyi saja. Ada satu nomor lagu Israel yang mereka senang. Saloom…saloom… Saat pendatang menyanyi itu, tentara-tentara Israel tertawa. Mereka tahu yang datang itu peziarah. Tidak ada kepentingan apa-apa.
Katanya, yang bagusnya, di Isarel, walaupun bertempur atau ada gencatan senjata, mereka tidak pernah mengganggu peziarah. Sebab mereka tahu peziarah itu membawa devisa bagi negara. Baik di Palestina maupun di Yerussalem sendiri..
Rombongan Yenny Rustan memperoleh Obed, sang pemandu, yang lancar berbahasa Indonesia. Dia seorang Yahudi, tetapi masuk Katolik. Pernah berkunjung ke Indonesia selama sebulan.
Menurut Yenny Rustan, tempat yang biasa disaksikan di layar kaca sering pecah perang atau bentrokan bersenjata, lokasinya jauh dari Yerussalem. Kira-kira sejauh Makassar dengan Mamuju. Jadi bukan di dalam kota. Tidak ada tanda-tanda bahwa negara itu selalu bentrok dengan pejuang Hamas atau Palestina.
Hanya memang yang kontras adalah soal kultur. Biasanya, di perkampungan Arab tampak pemukimannya sangat kumuh. Berbeda dengan perkampungan Yahudi yang bersih. Kalau pagi, saat pasar di perkampungan Arab, jalan penuh kotoran. Perbandingannya sangat kontras, sebab letak perkampungan dua etnik itu berseberangan jalan saja.
Selama sepuluh hari, rombongan Yenny berada di Israel, setelah sebelumnya mengunjungi Mesir tiga hari. Saat keluar dari Israel, tetap diperiksa dengan sangat ketat. Barang-barang yang dibeli ditanya petugas.
Pada saat pulang, orang Israel menghindari ada orang yang membawa barang yang bukan miliknya. Seseorang harus tahu dan hafal bahwa barang itu benar miliknya. Petugas akan bertanya di mana barang itu dibeli.
Mereka juga menghindari ada orang lain menitip barang pada orang lain. Mereka juga akan mengecek. Barang pun dibuka. Mereka akan bertanya di dalam tas dan kopor itu isinya apa saja. Jika seseorang tidak bisa menjawab, persoalannya bisa panjang. Bikin masalah baru.
Pertanyaannya juga sangat ngawur. Barang itu dibeli untuk siapa? Beli di mana? Harganya berapa? Tujuannya, mereka ingin tahu bahwa barang yang dibawa itu benar-benar miliknya. Bukan barang orang lain. Untuk menjamin kelancaran perjalanan belaka. Umumnya, petugas di bandara pintu keluarIsrael lancar berbahasa Inggris.
Di Israel sebenarnya warga hidup rukun dengan tiga agama yang berbeda. Yahudi, Islam, dan Kristen. Tempat ziarah mereka yang berbeda agama itu umumnya berdekatan. Mereka sudah anggap biasa saja.
Ketika rombongan Yenny bertanya soal tayangan di TV, pemandu menjawab enteng. Gambar tersebut sudah diputar berulang-ulang untuk memberi ilustrasi mengenai kekerasan atau konflik yang terjadi. Memang tampak, anak-anak muda Israel sejak jadi pemuda sudah masuk dalam wajib militer. Mereka sudah ikut latihan perang.
Rombongan yang ditangani Biro Perjalanan Renata Surabaya ini berjumlah 27 orang. Kebanyakan dari Papua. Hanya kedua orang tua Yenny Rustan saja yang berasal dari Makassar.
Dari Papua pun terpencar-pencar. Ada yang dari Fak-Fak, Nabire, Biak, dan sebagainya. Ada beberapa orang di antaranya adalah nasabah PT BPR Irian Sentosa yang dipimpin Yenny Rustan.
Ketika akan meninggalkan Israel, tepat di bandara, seorang teman Yenny Rustan dapat masalah. Saat itu rombongan lagi antri. Tiba-tiba ada seseorang yang memanggil teman itu. Rupanya dia dipilih secara acak.
Pria misterius itu bertanya asal teman itu. Ke Israel untuk apa? Rombongannya ada berapa banyak? Ke mana saja di Israel? Kenapa tertarik datang ke Israel. Penjelasan dan jawaban pertanyaan itu dicatat dengan secepatnya.
Pria itu masih muda, tetapi pakaiannya preman. Petugas lainnya biasanya pakai rompi. Ada setengah jam diinterogasi. Setelah itu, lelaki itu lenyap di antara yang antri.
Israel, termasuk negara yang siaga penuh. Pemuda, laki perempuan, dalam masa muda sudah harus menjalani wajib militer.
Soal ketat, pemeriksaan di Israel jangan dibilang lagi. Meski yang bertugas adalah personel perempuan, cantik lagi, tapi senyumnya mahal banget.
‘’Mereka itu bagaikan wanita cantik bermuka besi,’’ Yenny mengibaratkan perempuan cantik dengan postur tinggi besar.
Yenny mengatakan, tidak bisa memotret di wilayah bandara.
Yahudi Ortodok atau rahib-rahib yang keras, jika bertemu wanita akan berjalan tunduk. Tidak berani mengangkat muka.
KETIKA ke Yerussalem, rombongan Yenny juga mendatangi lokasi yang selama ini dikenal sebagai Tembok Ratapan. Tembok luar di sebelah barat Bait Suci Yahudi ini sekarang menjadi tempat paling suci bagi umat Yahudi dunia.
Menurut tradisi para rabbi, tempat ini dalam arti tertentu berperan sebagai pengganti Bait Suci. Di sinilah orang-orang Yahudi berkumpul untuk berdoa sejak zaman dahulu semenjak Bait Allah II dihancurkan oleh Romawi pada tahun 70.
Di depan tembok itu, banyak orang berdoa sambil menangis. Tetapi, Yenny tidak tahu menangis untuk apa? Banyak orang Yahudi yang melakukan itu. Apakah tembok itu sudah banyak menyelamatkan mereka.
Memasuki tembok ini, pengunjung dibagi berdasarkan gender. Yang laki-laki sendiri dan perempuan di tempat tersendiri. Mereka harus berada di tempat yang terpisah. Di kawasan Bait Suci, juga ada Masjidil Aqsa
Menurut catatan dari situs yang ada, Tembok Ratapan ini sebenarnya adalah tembok bagian barat Bait Allah Kedua yang dibangun oleh Raja Herodes Agung pada tahun 20 sebelum Kristus, yang dalam bahasa Ibrani disebut “HaKotel Ha’Ma’aravi”, artinya tembok sebelah barat.
Blok-blok batu berukuran besar sekali dari zaman Herodes Agung I terletak satu di atas yang lain tanpa perbaikan selama kurang lebih dua ribu tahun. Setelah Bait Allah dihancurkan oleh Jendral Titus pada tahun 70 masehi sesuai dengan nubuat Yesus yang digenapi (Luk 19:41), orang Yahudi sebenarnya sudah tidak mempunyai tempat suci untuk beribadah lagi.
Dan juga diingat bahwa pada tahun 123 masehi hampir sebagian besar orang Yahudi tidak diperkenankan lagi berada di daerah ini, mereka diusir keluar dari tanah ini (mengingatkan kita akan berdirinya kota pagan Aelia Capitolina di atas Yerusalem dan juga Diaspora bangsa Yahudi ke seluruh dunia).
Hanya sekelompok kecil orang Yahudi yang masih ada di daerah ini mencari sisa peninggalan dari Bait Allah dan mereka menemukan sisa tembok luar sebelah barat dari Bait Allah. Barulah mulai timbul kebiasaan untuk datang berdoa di bagian tembok ini yang telah berjalan hampir dua puluh abad lamanya sampai tahun 1948.
Selama Yerusalem berada di bawah kuasa Yordania (1948-1967), orang-orang Yahudi tidak dapat berdoa di tempat ini. Tetapi setelah Yerusalem dipersatukan kembali, orang-orang Yahudi merubuhkan semua gubug di sekitar tembok ini, lalu membuka sebuah lapangan raya di sekelilingnya, sehingga sekarang mereka dapat berdoa dan berkumpul di sini dengan leluasa.
Tembok Ratapan merupakan suatu atraksi tersendiri, sehingga selalu dikunjungi banyak turis. Pada setiap jam, siang dan malam, tanpa peduli akan musim, di dekat tembok ini dapat dijumpai orang-orang Yahudi yang berdoa dan kadang-kadang memasukkan gulungan-gulungan kertas kecil ke dalam celah-celah batu. Pada gulungan kertas itu dicatat wujud doa.
Tembok ini disebut Tembok Ratapan, sebab pada tembok inilah orang-orang Yahudi sampai sekarang berdoa dan meratapi kehancuran Bait Suci sambil berharap bahwa suatu saat jika Tuhan memang berkenan, Bait Suci tersebut akan dibangun kembali, dan juga meratapi akan tersebarnya sebagian besar bangsa Yahudi di seluruh dunia.
Kisah tembok ini, kata pemandu, bermula karena Israel banyak bentengnya. Negara itu pernah beberapa kali mengalami peperangan dan hancur, kemudian dibangun kembali. Tetapi ada bagian tembok yang luput dari penghancuran. Tembok yang lainnya hancur. Bagian tembok inilah yang jadi akses jalan ke Bait (Rumah) Suci. Di situ terdapat delapan pintu.
Masjidil Aqsa itu, asal mulanya adalah tempat penukaran uang. Berkaitan dengan Masjidil Aqsa ini, terdapat kebenaran prediksi Quran pada surat Ar-Rum menjadi kenyataan, ketika kerajaan Byzantium Roma Timur setelah kalah akan menang kembali.
Alif Laam Miim. Telah dikalahkan bangsa Rumawi. di negeri yang terdekat dan mereka sesudah dikalahkan itu akan menang. dalam beberapa tahun lagi. Bagi Allah-lah urusan sebelum dan sesudah (mereka menang).
Ayat ini turun sekitar tahun 620 M, hampir 7 tahun setelah Kerajaan Persiamengalahkan Byzantium tahun 613-614. Kekalahan ini mengakibatkanByzantium mengalami kerugian yang sangat besar sehingga saat itu tampaknya tidak mungkin akan bangkit.
Dengan kekalahannya di Antioch tahun 613, Persia mengambil alih kekuasan di Damaskus, Sisilia, Tarsus, Armenia, dan Yerusalem. Kehilangan Yerusalem tahun 614 sangat berbekas bagi rakyat Byzantiumkarena tempat sucinya dikuasai oleh Persia. Selain itu bangsa Avars, slav, dan Lombards menjadi ancaman bagi kerajaan Byzantium.
Bangsa Avar telah mencapai dinding Contantinopel. Melihat hal itu, Raja Heraclius memerintahkan emas dan perak dikumpulkan dalam gereja dan dilebur menjadi uang untuk membiayai perang. Ini saja belum cukup lalu mereka menggunakan perunggu untuk membuat uang.
Banyak gubernur membangkang terhadap perintah Heraclius, sehingga saat itu Byzantium di ujung tanduk kehancuran. Mesopatamia, Cicilia, Syria, Palestina, mesir, dan Armenia, yang sebelumnya dikuasai oleh Byzantium, telah jatuh ke Persia.
Singkat cerita, semua orang meramalkan bahwa Byzantium pasti akan hancur. Akan tetapi ayat Quran yang turun kemudian meramalkan bahwaByzantium akan kembali menang/berjaya dalam kurun 3 sampai 9 tahun. Menurut orang Arab jahiliyah saat itu, prediksi itu sangat mustahil.
Seperti prediksi-prediksi Quran lainnya, kemenangan Byzantium menjadi kenyataan . Dalam tahun 622 M, Heraclius mendapat sejumlah kemenangan dan menguasai Armenia. Pada bulan Desember 627 M, kedua pasukan bertempur di dekat Nineveh, sekitar 50 km sebelah timur sungai Tigris, di Bagdad. Pertempuran ini lagi-lagi dimenangkan oleh pasukanByzantium. Beberapa bulan kemudian Persia terpaksa menandatangani kesepakatan dengan Byzantium untuk mengembalikan daerah-daerah yang diambilnya.
Suatu informasi yang terungkap dengan turunnya surat ar-Rum itu adalah soal daerah yang saat itu tidak diketahui oleh seorang manusia pun: mereka akan dikalahkan di daerah terendah di muka bumi. Bahasa Arabnya adalah adna al-ard, banyak yang menterjemahkan sebagai daerah terdekat. Ini bukanlah makna tulisan, melainkan sebuah tafsiran.
Kata adna diturunkan dari kata dani (rendah), yang artinya daerah rendah. Sehingga adna al-ard berarti tempat terendah di muka bumi, yaitu di daerah Laut Mati. Maha Suci Allah.. daerah terendah itu baru diketahui setelah ditemukannya alat-alat pengukur di jaman modern ini.
Di antara delapan pintu ada satu pintu yang disebut Golden Gate (Pintu Emas). Pintu emas ini diyakini, baik Islam, Yahudi maupun Kristen, begitu Isa Almasih datang, pintu Golden Gate itu akan terbuka. Saat pintu itu terbuka, semua orang mati akan dibangkitkan.
Di depan Golden Gate terdapat kuburan Islam. Jadi, semua orang Islam yang meninggal dimakamkan di kuburan itu.
Yenny mendapat informasi dua versi. Pertama, semua orang mati akan sama-sama dibangkitkan. Saat dibangkitkan kelak, mereka akan berebutan masuk ke pintu emas. Versi kedua mengatakan, orang Islam sengaja menghalangi (dengan membangun kubur di dekat situ) orang Kristen agar tidak masuk melalui pintu emas tersebut.
Orang Yahudi malah beranggapan bahwa Tuhan tidak akan datang ke dekat pintu emas itu, tetapi di tempat lain. Nanti dari situlah baru sama-sama menuju pintu emas.
Laut Mati
Pengalaman Yenny yang juga menarik adalah ketika ke Laut Mati. Airnya asin. Dasarnya, bukan pasir, tetapi garam. Bahkan rombongan wanita kelahiran Makassar ini sempat berenang.
Begitu masuk ke air, tubuh akan terangkat ke atas. Kadar garamnya sangat tinggi. Dan, tidak bisa kena mata. Kalau terkena, akan teriritasi. Jadi mereka yang masuk ke laut ini, harus menggunakan kacamata air.
Di laut yang juga dalam itu, tidak ada ikan yang hidup. Lokasi Laut Mati ini kira-kira satu jam perjalanan darat dengan mobil dari Tel Aviv.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar