Bagi masyarakat Sul-Sel, nama-nama spt Dt. Ri Bandang, Dt. Ri Tiro, Dt. Patimang cukup dikenal sebagai nama-nama jalan di kota Makassar. Tetapi, tidak banyak yang tahu siapa jatidiri trio Datuk dimaksud? Dari mana mereka berasal? dan apa peran mereka? Mereka bertiga hidup di abad ke 16.
Berikut ini saya mencoba rangkumkan tulisan dari Buya Masoed Abidin dalam blog nya, untuk menambah wawasan kebangsaan kita.
Apa yang menyebabkan tiga orang Datuk Minang ini berkunjung ke kerajaan-kerajaan di Sulsel itu untuk menyebarkan agama islam ?
a)
Dugaan pertama karena masyarakat di wilayah itu masih menganut animisme, sehingga raja Tallo dan Gowa adalah raja yang pertama kali menganut agama islam.b) Adanya persaingan antara Kristian dan Islam semakin sengit di Sulawesi Selatan pada awal abad ke 16 itu. Persaingan di antara Islam dan Kristian di Makassar disebabkan oleh raja Makassar sendiri yang tidak dapat memilih antara dua agama ini. Mereka meminta Abdul Makmur Datuk Ri Bandang) datang melawat ke Makassar bersama dua orang temannya yaitu Sulaiman (Datuk Ri Pa’timang) dan Nurdin Ariyani (Datuk Ri Tiro).
Apakah ia berasal dari didikan dan santri dari Ranah Minang ?
Ternyata dari sumber ; http://www.seasite.niu.edu/Indonesian/Islam/Giri.htm, diperoleh informasi bahwa para santri pesantren Sunan Giri - selain - dikenal sebagai penyebar Islam yang gigih di Pulau Jawa dan ke berbagai pulau, seperti Bawean, Kangean, Madura, Haruku, Ternate, hingga Nusa Tenggara, ternyata para santri Sunan Giri ini - juga menyebarkan agama Islam hingga Sulawesi Selatan. Mereka itu adalah Datuk Ribandang dan dua sahabatnya. Mereka adalah murid Sunan Giri yang berasal dari Minangkabau.
Raja Tallo XV, Malingkaan Daeng Manynyonri merupakan orang pertama di Sulsel yang memeluk agama Islam melalui seorang ulama dari pantai Barat Sumatera, Khatib Tunggal Datuk Makmur, atau populer di kalangan masyarakat Sulsel dengan nama Datuk Ribandang. Oleh karena itu pulalah kerajaan Tallo sering disebut-sebut atau diistilahkan sebagai pintu pertama Islam di daerah ini atau dalam bahasa Makassar ” Timunganga Ri Tallo”.
Sementara dalam itu sejarah Islam Kabupaten Luwu dan Palopo, menerangkan bahwa kira-kira pada akhir abad XV M dan kira-kira pada tahun 1013 H. Agama Islam masuk di daerah Luwu yang dibawa oleh seorang alim Ulama yang arief ketatanegaraannya yaitu Datuk Sulaeman asal Minangkabau. Pada waktu itu Luwu diperintah oleh seorang Raja yang bernama Etenrieawe. Pada waktu Datuk Sulaeman mengembangkan ajaran agama Islam di wilayah ini, hampir seluruh masyarakat Luwu menerima agama itu.
Datuk riTiro memilih berdomisili di Bulukumba yang merupakan daerah perbatasan Bone dan Gowa untuk syiar Islam. Islamnya Gowa adalah simbolitas kekuatan militer dan Luwu adalah pusat mitos Bugis Makassar. Dengan pengislaman dua kerajaan besar ini maka tidak ada alasan untuk menolak Islam bagi rakyatnya. Islamisasi secara struktur adalah menjadikan syariat sebagai dasar negara.
Datuk Ribandang sendiri menetap di Makassar dan menyebarkan agama Islam di Gowa, Takalar, Jeneponto, Bantaeng, dan wafat di Tallo. Sementara itu dua temannya, masing-masing Datuk Patimang yang nama aslinya Khatib Sulung Datuk Sulaiman, menyebarkan agama Islam di daerah Suppa, Soppeng, Wajo dan Luwu, dan wafat dan dikebumikan di Luwu. Sedang Datuk RiTiro atau nama aslinya Syekh Nurdin Ariyani berkarya di sejumlah tempat meliputi Bantaeng, Tanete, Bulukumba. Dia wafat dan di makamkan di Tiro atau Bontotiro sekarang.****
Tidak ada komentar:
Posting Komentar