Malino Beserta Lingkungan Hidupnya - Sahabat materi berikut ini merupakan makalah penelitian kami pada mata kuliah PKLH (Pendidikan kependudukan dan Lingkungan Hidup) pada Universitas Negeri Makassar, silahkan disimak dan diadikan reperensi. Adalapun makalah ini mengambil objek penelitian di 2 tempat di Malino, yakni kebun Teh (PT. Nittoh Malino Teh) dan Lingkungan Bonto Tene Kelurahan Bulu Tana dimana pada daerah ini menaungi objek wisata yang terkenal di Malino yakni Air Terjun Takapala. Simaklah selengkapnya:
Dasar Pemikiran
Dasar Pemikiran
Populasi manusia tidak konstan, bahkan terus berkembang. Hingga tahun 2000-an penduduk Indonesia telah mencapai 200 juta lebih. Pertambahan penduduk tersebut akan meningkatkan kepadatan populasi suatu daerah. Kepadatan populasi adalah hubungan antara jumlah individu dan satuan luas atau volume ruang yang ditempati pada waktu tertentu. Kepadatan populasi pada suatu daerah senantiasa mengalami dari waktu kewaktu.
Imigrasi atau individu yang datang dari suatu tempat serta emigrasi atau individu yang pergi ketempat lain adalah dua faktor yang mempengaruhi perubahan kepadatan populasi organisme pada suatu tempat. Apabila luas suatu daerah tetap dan jumlah populasi meningkat, maka akan terjadi kepadatan populasi. Ketersediaan ruang dan makanan yang cukup pada suatu daerah akan mendorong peningkatan jumlah individu dan meningkatkan jumlah populasi.
Peningkatan kepadatan populasi pada suatu daerah akan memunculkan berbagai dampak, diantaranya terjadinya kekurangan makanan, menurunnya keersediaan lahan serta menurunnya tingkat kesehatan. Thomas Robert Malthus (1766-1834) menyatakan bahwa pertumbuhan penduduk dunia seperti deret ukur, sedangkan pertumbuhan ekonomi seperti deret hitung. Pernyataan ini bila diinterpretasikan bahwa pertumbuhan produksi pangan sangat lambat sedangkan sebaliknya pertumbuhan penduduk dunia sangat cepat. Pernyataan Malthus tadi tidak meleset, terbukti diberbagai daerah dibelahan bumi ini terjadi kekurangan pangan, misalnya di Benua Afrika serta negara kita sendiri Indonesia sudah terindikasi akan banyaknya masyarakat yang mengalami gizi buruk.
Pemerintah Indonesia memang sudah sejak lama memikirkan jalan keluar dalam menangani masalah ini dengan, menurunkan kwantitas penduduk dengan menggalakkan program KB, menunda masa perkawinan serta menggalakkan norma keluarga kecil bahagia dan sejahtera (NKKBS). Disamping itu pemerintah juga mengimbangi pertambahan penduduk dengan cara peningkatan produksi pangan, Diversivikasi/penganekaragaman sumber bahan makanan serta pencarian sumber makanan baru.
Berkat kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi membuat manusia mempu menciptakan alat-alat canggih, alat tersebut dapat membantu manusia dalam mengatasi masalah dalam hidupnya. Disisi lain perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dapat menimbulkan dampak yang akhirnya merugikan manusia sendiri serta lingkungan hidup. Dampak tersebut antara lain rusaknya ekosistem dan timbulnya pencemaran lingkungan (pencemaran biologis, pencemaran fisik serta pencemaran kimiawi). Akibat dari pencemaran ini sangat berbahaya, diantaranya hujan asam, pelapisan ozon serta efek rumah kaca/pemanasan global.
Kecamatan Tinggimoncong yang merupakan salah satu kecamatan yang tergabung dalam wilayah administrasi kabupaten Gowa, yang merupakan penyangga utama kota Makassar adalah salah satu daerah yang istimewa dibanding dengan daerah lainnya. Industri hortikultura, industri perkebunan dan industri agrowisata sudah merambah ke daerah ini, khusus di daerah Malino, ibukota kecamatan Tinggimoncong adalah primadona perpariwisataan di Selawesi Selatan. Daerah yang berada diatas ketinggian 1.500 DPL, ini juga pemasok utama tanaman holtikultura ke kota Makassar dan sekitarnya, bahkan hasil dari perkebunan ini sebahagian sudah di ekspor kebeberapa negara di Asia dan Eropa. Keadaan geografisnya di kecamatan Tinggimoncong memang indah dan khas.
Kesemuanya ini baik langsung maupun tidak langsung menambah pendapatan penduduk, sehingga penduduk akan sejahtera, disamping itu perpindahan penduduk kedaerah ini menigkat dari tahun ketahun, tapi dibalik itu semua kita juga perlu menyadari akan dampak negatif yang timbul sebagai efek dari geliat ekonomi di daerah ini.
Atas alasan inilah, Pennulis, mengambil daerah ini sebagai sampel dari praktek masalah kependudukan dan lingkungan hidup. Daerah di kecamatan Tinggimoncong yang kami jadikan sampel adalah masyarakat lingkungan Bontotene kelurahan Bulutana kecamatan Tinngimoncong kabupaten Gowa serta industri pengolahan teh PT. Nittoh Malino Teh milik perusahaan Jepang yang terletak di lingkungan Pattapang, kelurahan yang sama.
Letak Geografis dan Keadaan Alam Kabupaten Gowa
Kabupaten Gowa adalah salah satu penyangga utama ibukota propinsi Sulawesi Selatan karena perbatasan langsung kota Makassar, olehnya itu tidak mengherankan kalau daerah ini menjadi pemasok utama kebutuhan sehari-hari penduduk kota Makassar sebagai ibukota propinsi.
Daerah kabupaten Gowa terletak antara utara 120.36,6’ bujur Timur dan 50.33,6’ bujur timur. Letak wilayahnya antara 120.33,19’-130.15,17’ bujur timur. 50. 5’ – 50 . 34. 7’ Lintang selatan .Adapun batas-batas wilayahnya meliputi:
- Sebelah utara berbatasan dengan Kota Makassar dan kabupaten Maros.
- Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Sinjai, Kabupaten Bulukumba dan Kabupaten Takalar;
- Sebelah Selatan berbatasan dengan kabupaten Jeneponto dan Kabupaten Takalar.
- Sebelah barat berbatasan dengan kota Makassar dan kabupaten Takalar.
Luas keseluruhan daerah ini adalah 1.883,33 Km2 , yang terbagi kedalam 18 kecamatan dan 158 Desa/kelurahan, berikut kecamatan-kecamatan di kabupaten Gowa ;
- Kecamatan Somba Opu
- Kecamatan Barombong
- Kecamatan Bontomarannu
- Kecamatan Palangga
- Kecamatan Parangloe
- Kecamatan Pattallassang
- Kecamatan Tombolo Pao
- Kecamatan Manuju
- Kecamatan Tompobulu
- Kecamatan Bontolempangan
- Kecamatan Biringbulu
- Kecamatan Tinggimoncong
- Kecamatan Bungaya
- Kecamatan Bajeng
- Kecamatan Bontonompo
- Kecamatan Bajeng Barat
- Kecamatan Bontonompo selatan
- Kecamatan Parigi
Curah hujan didaerah ini setiap tahun mencapai 2000-3000 mm, dengan suhu udara pada dataran rendah 22 c – 26 c dan suhu pada dataran tinggi 18 c-21 c.
Dalam hal kemiringan tanah di kabupaten Gowa memiliki:
- Kemiringan 0 – 2 m sebanyak 294,28 Km;
- kemiringan 2 – 15 m sebanyak 263,79 Km;
- kemiringan 15 – 40 m sebanyak 660 Km;
- kemiringan diatas 40 m sebanyak 664,38 Km
Ketinggian daerah ini juga bervariasi antara:
- 0 – 25 m seluas 437,64 km;
- 25 – 100 m seluas 89,53 km;
- 100 – 500 m seluas 338,34 km;
- 500 – 1000 m seluas 439,79 km;
- diatas 1000 m seluas 350,03 km.
Selanjutnya pada daerah ini jumlah hari hujannya setiap bulan bervariasi, dan bulab yang paling banyak hari hujannya adalah bulan Nopember, Desember, januari, Pebruari dan Maret, jumlah curah hujannya juga paling besar diantara bulan tersebut.
Keadaan Demografi
Penduduk yang tersedia dalam hal kuantitas merupakan potensi yang cukup besar dalam membangun suatu daerah. Kekurangan jumlah penduduk akan mempersulit jalannya suatu proses pembangunan sebab penduduk disamping sebagai obyek pembangunan juga berfungsi sebagai subyek pembangunan . sebagai obyek merupakan faktor yang sangat penting, disamping merupakan uama dalam suatu proses penduduk.
Pangkaan kualitas penduduk adalah hal yang mutlak harus dilakukan, sebab penduduk adalah titik sentral faktor produksi lainnya atau sebagai motor penggerak dari faktor-faktor produksi lainnya
Upaya-upaya peningkatan produktivitas penduduk senantiasa dilakukan, dalam pengertian kuantitas penduduk diusahakan untuk dibina, diterampilkan agar bisa berproduksi atau mendatangkan manfaat. Yang tentu dengan sendirinya akan menghasilkan kesejahteraan pembangunan.
Pembangunan kependudukan dilaksanakan dengan mempertimbangkan keterkaitannya dengan upaya pelestarian lingkungan hidup dan sumber daya alam, penciftaan keserasian antara generasi serta peningkatan kesejahteraan rakyat. Penduduk usia lanjut memiliki pengalaman dan kearifan yang luas sehingga perlu diberikan perhatian untuk berperan didalam pembangunan.
Selanjutnya pengendalian pertumbuhan penduduk juga dilakukan terutama untuk menurunkan angka kelahiran melalui gerakan KB Mandiri. Menurungkan angka kematian ibu dan anak Balita melalui program sayang ibu dan anak.
Pengendalian kuantias penduduk dilakukan dengan langkah yang berhubungan dengan penetapan jumlah, sruktur dan komposisi sera pertumbuhan dan persebaran penduduk yang ideal. Pengarahan mobilitas dan persebaran penduduk harus memperhatikan kemampuan daya dukung alam dan sesuai dengan tata ruang yang diselenggarakan melalui transmigrasi, peningkatan sarana penunjang pertumbuhan ekonomi di wilayah sebaran, serta pemberian intensif bagi tenaga kerja sehingga mampu menggairahkan tenaga terdidik/terlatih untuk mengabdi di wilayah pertumbuhan baru.
Potensi Ekonomi
Kabupaten Gowa merupakan daerah pertanian yang potensial. Daerah ini memiliki jenis tanah kering maupun persawahan, sehingga tidak mengherankan mengapa daerah ini menghasilkan buah-buahan serta sayur mayur ditanah kering. Sementara persawahan menghasilkan padi sebagai kebutuhan pokok penduduk.
Dilihat dari produktifitasnya lahan yang dimiliki, maka produksi padi dalam tahun 2009 mencapai 205.989 ton, jagung 99.675 ton, kedelai 5.645 ton, ubi kayu 250.774 ton dan ubi jalar 9.324 ton.
Untuk buah-buahan produksi paling besar jumlahnya adalah Markisa, Jambu bol, Mangga, Pisang, Alpokat, Pepaya dan Nenas. Untuk sayur mayur produksi paling besar adalah Kubis, Kentang, Sawi, Wortel dan Bawang daun. Untuk kelapa saat ini mencapai produksi 956 ton dengan luas areal 1.306 Ha, yang terdiri dari kelapa hibrida dan kelapa biasa.
Untuk kopi mencapai hasil produksinya 107 ton, Kakao 32 ton san Cengkeh 65 ton, kapas 132 ton, tebu 9.324 ton, jambu mete 1.908 ton, kemiri 453 ton serta Teh 321 ton.
Untuk sub sektor peternakan tahun 2009 dikabupaten Gowa sebagai berikut: Kerbau 36.876 ekor, Sapi 88.768 ekor, Kuda 14.324 ekor, Kambing 32.543 ekor, Babi 7.098 ekor dan unggas 1.954.839 ekor dari jumlah tersebut tersebar pada 18 kecamatan yang ada dikabupaten Gowa. Untuk sub sektor perikanan produksi tambak mencapai 45.980 kg, kolam 98.983 kg dan sawah 87.554 kg.
Dari sektor industri dilapangan didapat bahwa angka aneka industri tahun 2009 mulai produksinya mencapai Rp. 8.654.550.000.- yang terdiri dari industri kecil mencapai nilai produksinya Rp.14. 770.006.000.- yang terdiri dari industri pangan Rp. 1. 930.070.000.-, industri sandang dan kulit Rp. 522.289.000.-, industri kimia dan bahan bangunan Rp. 9.693.326.000.- dan industri logam Rp. 666.294.000.-. Jumlah Perusahaan industri kecil dikabupaten Gowa mencapai mencapai 5.543 perusahaan yang terdiri dari industri pangan 950 buah, industri sandang dan kulit 1.057 buah, industri kimia dan bahan bangunan 2.083 buah, industri logam 537 buah dan industri kerajinan umum 916 buah. Keseluruhan jenis industri ini mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 20.987 tenaga kerja.
Selanjutnya nilai mobilitas sektor industri kecil ini mencapai Rp. 514.471.000.- ang terdiri dari industri pangan Rp. 667.242.000.-, industri sandang dan kulit Rp. 377.760.000.-, industri kimia dan bahan bangunan Rp. 3.571.624.000.-, industri kerajinan dan umum Rp. 333.591.000.-, serta industri logam Rp. 161.254.000.-.
Sementara untuk aneka industri nilai investasinya mencapai Rp. 19.715.831.000.- yang terdiri dari industri pangan Rp. 10.948.126.000.-, industri kimia Rp. 3.472.000.000.-,industri bahan bangunan dan umum Rp. 5.472.000.000.-.
Selanjutnya jumlah sebagai pelaku ekonomi di Kabupaten Gowa mencapai 509 buah yang terdiri dari perusahaan besar 109 buah, perusahaan menengah 150 buah, perusahaan kecil 250 buah.
Disamping itu sarana transportasi yang dapat menunjang ekonomi kabupaten Gowa cukup tersedia dengan kondisi yang cukup mandiri.
Data yang dtemukan dilapangan, diketahui bahwa jenis permukaan jalan aspal sepanjang 343,98 Km, Krikil/pengerasan 225,108 Km dan jenis jalan tanah 231,54 Km.
Demikianlah sekilas gambaran tentang potensi ekonomi wilayah Kabupaten Gowa.
PT. Nittoh Malino Teh
Kepedulian kepada kependudukan dan Lingkungan Hidup adalah suatu komponen program prioritas di Indonesia. sebagai bukti nyata bahwa seluruh elemen bangsa Indonesia memperhatikan dan turut berusaha menangani beberapa masalah yang dihadapi oleh bangsa dan negara. Masalah semakin besarnya jumlah penduduk yang membutuhkan sandang, pangan, papan, pelayanan, kesehatan, pendidikan, penyediaan lapangan kerja, keamanan dll.
Perusahaan PT. Nittoh Malino Teh (NMT) terletak di lingkungan Pattapang kelurahan Bulu Tana kecamatan Tinggimoncong, kabupaten Gowa . jarak lokasi ke ibukota kecamatan Tinggimoncong, Malino 4 Km, ibukota kabupaten Gowa, Sungguminasa 81 Km, sedangkan dari ibukota propinsi Sulawesi Selatan, Makassar 94 Km. Secara geografis kawasan kebun teh milik PT. NMT berada ditempat yang sejuk karena berada disekitar pegunungan Bulu Ballea serta dinaungi oleh jajaran pegunungan “misteri” Bawakaraeng-Lompobattang.
Pada tahun 1979 PT. Nittoh Teh didirikan dan dikelolah oleh perusahaan swasta negara yakni PT. Dharma Incar Chorp, kemudian pada tanggal 24 Agustus 1987, perusahaan teh ini beralih ketangan Jepang yang kemudian diganti namanya menjadi PT. Nittoh Malino Teh. PT Nittoh Malino Teh adalah salah satu pabrik teh Indonesia yang terletak di Malino. Saudara Zainuddin SP (32 tahun, sarjana pertanian), yang merupakan salah seorang karyawan diperusahaan ini mengatakan bahwa kemungkinan besar peralihan perusahaan ini dari tangan pengusaha Indonesia ke tangan pengusaha Jepang disebabkan oleh kerugian yang dialami oleh PT. Dharma Incar Chorp.
Produktifitas
Luas areal perkebunan PT. Nittoh Teh 130 Ha. yang dibagi kedalam empat blok yakni blok A, B, C, D dan digunakan khusus untuk menanami tumbuhan-tumbuhan teh.
Jenis tanaman teh yang ditanam dan dikelolah oleh pabrik ini ada dua jenis tanaman yaitu teh hitam dan teh hijau yang memiliki perbedaan karakteristik yang amat berbeda dengan satu sama lainnya yaitu :
- Daun teh hitam, ciri-cirinya daunnya lebih besar warnanya lebih gelap dan pada umumnya dikomsumsi setiap hari sebagai minuman untuk bersantai.
- Daun teh hijau, ciri-cirinya ukuran daun lebih kecil, dengan warna hijau tua, rasanya pahit dan sangat bagus untuk kesehatan terutama untuk menurunkan berat badan, dan daunnya lebih besar warnanya lebih gelap.
Dalam tehnik pembudidayaan tanaman yang dilakukan oleh perusahaan ini adalah tehnik vegetatif dan tehnik generatif, namun yang umum digunakan yaitu tehnik vegetatif yaitu suatu tehnik dengan menggunakan ranting tanaman dengan cara di steak sebagai bibit.
Adapun tehnik pemeliharaannya yang dilakukan secara kontinyu dan terbagi kedalam beberapa bagian yang antara lain sebagai berikut:
- Penyiraman (langsung dengan selang dan peresapan air),
- Penyulaman (mengganti tanaman yang lama dengan yang sejenis dan seumur),
- Pemupukan (organik dan anorganik yang diberikan 3-4 kali dalam setahun),
- Pemangkasan (untuk menghindari perambatan tanaman yang dapat menyulitkan para pekerja dalam proses pemetikan).
Dalam satu kali (sehari) hasil produksi yang diperoleh biasanya 3-4 ton, dimana 1 ton teh biasanya diolah menjadi 200 kg teh jadi. Produksi teh yang dihasilkan oleh prusahaan ini 92 - 95 % dikirim ke Jepang untuk dikelolah kembali dalam berbagai rasa. Yang kemudian di ekspor kembali kebeberapa negara termasuk Indonesia
Hal ini dilakukan karena PT. Nittoh ini sendiri belum memiliki peralatan-peralatan yang canggih dan biasa menghasilkan produksi teh yang diharapkan oleh PT. Nittoh sendiri. Dengan kata lain keberadaan PT. Nitoh Teh di Malino ini hanya digunakan sebagai tempat untuk membudidayakan dan memasok daun teh yang siap di ekspor ke Jepang.
Tenaga Kerja
Sistem perekrutan tenaga kerjanya sebagian besar direkrut dari tenaga kerja lokal disekitar Malino) sedangkan tenaga ahlinya kebanyakan diambil dari lulusan UNHAS . kantor pusat PT. NMT beralamat di Jln. G. Latimojong NO. 247 Makassar.
Selain tim ahli yang khusus dari Jepang sendiri, karyawan yang bekerja pada PT. Nittoh ini berasal dari berbagai daerah ini Indonesia, Sedangkan para pekerja harian tetap dan pekerja musiman hampir sebagian besar berasal dari penduduk sekitar pabrik ini.
Jumlah komponen tenaga kerja yang dimiliki oleh PT. Nittoh ini terdiri atas ;
- Karyawan berjumlah 51 orang, bertugas mengawasi para pekerja harian tetap dan pekerja musiman dan secara umum harus mengawasi bagaimana proses produksi yang berjalan didalam pabrik.
- Pekerja Harian Tetap (PHT) berjumlah 126 orang, dengan tugas melakukan pemeliharaannya terhadap tanaman-tanaman teh serta melakukan pemetikan pada setiap pemetikannya.
- Pekerja musiman, berjumlah 62 orang bekerja pada masa-masa panen. Dimana pekerja musiman ini terbagi kedalam 4 kelompok yang masing-masing bekerja pada blok-blok yang tersedia. Dimana maksud dari pembagian ini untuk mempermudah penempatan mereka dalam proses pemetikan, mengingat areal perkebunan yang sangat luas.
Sistem pengupahan yang dijalankan untuk karyawan didasarkan atas tingkat golongan dan lama bekerja pada perusahaan. Para pekerja musiman diberikan target yakni 44 Kg pupuk teh perhari yang kemudian dikali dengan Rp. 700,00 per kgnya. Untuk para pekerja harian tetap didasarkan atas upah minimun propinsi yakni Rp. 600.000,00 per bulan ditambah dengan tunjangan dari perusahaan sebesar Rp. 8.000,00 per hari yang digunakan untuk uang makan.
Proses Pengelolaan
Tahap-tahap pengelolaan yang dilakukan adalah sebagai berikut :
- Proses pelayuan (18 – 24 jam).
- Penggulungan dengan menggunakan the roller.
- Penggilingan
- Disortasi basah yakni proses pengayakan.
- Permentasi alami
- Pengeringan dengan over dryer.
- Disortasi kering.
Yang mana ciri-ciri daun teh yang siap dipetik yaitu daun muda atau pucuk yang pertumbuhannya merata dalam petak waktu siap dipetik antara 12-14 hari setelah pemetikan awal pada setiap petak. Setelah teh selesai diolah kemudian dikemas dan daun teh yang sudah siap ekspor ini dapat tahan selama 2 – sekian tahun (tergantungcara penyimpanannya)
Adapun proses pengolahan ini didasarkan pada kelestarian lingkungan hidup, yang dapat kita lihat pada proses pemupukan dan pada proses penanaman yang mengikuti garis kuntur atau arah lereng.
Dampak Keberadaan PT.Nittoh Malino Teh bagi Penduduk di Sekitarnya
Dampak lingkungan yang ditimbulkan pleh perusahaan ini secara tersurat memang “tidak” dijumpai dampak negatif yang akurat, hal ini juga dilegalkan oleh pemerintah dengan pemberian plakat, sertifikasi dan semacamnya sebagai perusahaan yang ramah lingkungan.
Dari hasil wawancara dengan warga masyarakat setempat dengan pihak perusahaanmenyatakan bahwa keberadaan pabrik ini sama sekali tidak merugikan warga masyarakat. Bahkan sangat menguntungkan kedua belah pihak, karena bagi penduduk sekitar tentu saja bisa mendapatkan pekerjaan tetap maupun untuk menambah penghasilan, apalagi limbah dari pabrik ini sama sekali tidak mengganggu lingkungan disekitarnya malahan limbah pabrik ini dapat digunakan dan diolah kembali oleh penduduk.
Dengan dibangunnya pabrik-pabrik pengolahan teh di kawasan ini sekecil apapun penggunaan bahan kimia untuk mengelolah teh sampai dipasarkan akan menimbulkan dampak yang kurang ramah terhadap lingkungan alamiah.
Namun dari pihak PT. Nittoh Malino Teh sendiri mengaku tidak pernah mendapatkan teguran dari pihak yang bersangkutan perihal masalah pencemaran lingkungan, karena dari penelitian dan observasi yang ada proses pengolahan limbah hanya berupa sisa-sisa pupuk yang kemudian bercampur dengan air yang kemudian mengalir ke jalan-jalan sesuai dengan bentuk lorong kemudian keberadaan pabrik ini sudah memenuhi AMDAL (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan).
Lingkungan Bontotene Kelurahan Bulu Tana Kecamatan Tinggimoncong Gowa
Lingkungan Bontotene terletak di kelurahan Bulu Tana Tinggimoncong Gowa. Jarak lokasi ke ibukota kecamatan Tinggimoncong, Malino 5 Km, ibukota Kabupaten Gowa, Sungguminasa 79 Km, ibukota Propinsi Sulawesi Selatan, Makassar 91 Km. Berada diketinggian 1.450 DPL.
Dampak akan adanya obyek wisata alam air terjun Takapala dan ketemu jodoh ini, dampak positifnya adalah menambah penghasilan penduduk sekitar obyek wisata. Penduduk Bontomanete yang pekerjaannya rata-rata bersawah dan berkebun secara tidak langsung dapat penghasilan tambahan yakni dengan menyewakan rumahnya, menjual kebutuhan wisatawan serta menjadi pemandu amatiran bagi para wisatawan.
Dampak negatifnya adalah adanya peniruan gaya hidup wisatawan yang rata-rata berasal dari kota-kota. Hal ini dipaparkan sendiri oleh warga setempat, yang bernama Anto (22 tahun) dia mengatakan bahwa orang-orang disekitar, khususnya anak-anak remaja meniru-niru kebiasaan orang kota, misalnya remaja-remaja setempat ikut-ikutan mewarnai rambutnya.
Di lingkungan Bonto Te’ne Takapala terdapat dua air terjun yang cukup menarik perhatian masyarakat luas untuk melakukan rekreasi ke tempat tersebut. Air terjun yang dimaksud adalah air terjun “ketemu jodoh” dan air terjun “tangga seribu”. Dimana keberadaan air terjun ini sangat berpengaruh terhadap kehidupan penduduk di sekitarnya khususnya dalam membantu perekonomian keluarga. Selain itu air yang mengalir dari air terjun tersebut dapat digunakan oleh penduduk untuk keperluan sehari-hari.
Penamaan Air Terjun Takapala dan Ketemu Jodoh ini mempunyai arti, hal ini diungkapkan sendiri oleh Sirajuddin (40 tahun) penjaga pintu I kawasan wisata ini adalah Takapala diartikan sebagai ta = tidak, Kapala’ = tebal jadi artinya tidak tebal, jadi takapala artinya air terjun ini tidak tenal, deras atau berbahaya untuk dikunjungi wisatawan.
Sekalipun memiliki tanah yang subur namun, jenis-jenis tanaman Palawija/tanaman jangka pendek sendiri seperti kentang, kubis, cabe atau lainnya justru kurang dijumpai khususnya di lingkungan Takapala disebabkan gangguan babi hutan. Yang bisa dilakukan hanya dengan menanam padi di sawah dengan sumber pengairan berasal dari air terjun yang ada. Hasil dari sawah ini pun hanya cukup untuk dikomsumsi sampai panen selanjutnya tampa adanya bagian untuk di jual. Namun demikian, menurut informan cukup membantu, sebab hasil-hasil perkebunanlah yang kemudian dijual dan digunakan untuk memenuhi kebutuhan baik untuk pendidikan anak-anak ataupun kebutuhan-kebutuhan lainnya, (wawancara dengan Pak Sirajuddin 35 tahun juga sebagai petugas di air terjun Tangga Seribu).
Dibidang pendidikan animo masyarakat berdasarkan wawancara yang dilakukan sangat beragam. Latar belakang pendidikan penduduk yang sempat diwawancarai paling tinggi mengacap pendidikan sampai pada tingkat SMA, bahkan ada yang tidak sama sekali. Kondisi ini kelihatannya dipicu oleh kurangnya motivasi mengenai pendidikan dan pernikahan dilakukan pada usia dini.
Program Keluarga Berencana di Lingkungan Bonto Te’ne berdasarkan survei yang dilakukan sekalipun sudah ada namun belum memadai. Sekalipun rata-rata ibu rumah tangga yang sempat di wawancarai adalah akseptor KB, namun mereka rata-rata memiliki anak lebih dari dua. Sekalipun kelahiran anak sudah bisa diatur dengan menggunakan suntik KB yang lazim digunakan penduduk setempat.[am]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar