Jakarta Ternyata Belum Megacity - Bulan Oktober ini, Jurnal Nature memublikasikan beberapa fakta tentang kota-kota super besar di dunia yang memiliki kepadatan yang super pula. Publikasi itu memuat persebaran manusia di beberapa benua, khususnya persentase dari populasi yang hidup di kota, wilayah yang katanya menjanjikan banyak hal, terutama ekonomi dan gaya hidup.
Secara umum, terjadi pertumbuhan yang signifikan pada persentase manusia yang hidup di kota. Pada tahun 1950, hanya 29 persen manusia yang hidup di kota sementara saat ini 50,5 persen , manusia hidup di kota. Diperkirakan, pada tahun 2050, populasi manusia yang hidup di kota mencapai 70 persen. Kini, wilayah dengan prosentase terbesar manusia yang hidup di kota adalah Amerika Latin, yaitu hampir 80 persen. Sementara itu, wilayah dengan persentase terkecil masyarakat hidup di kota adalah Afrika, yaitu hanya 40 persen.
Beberapa kota di dunia saat ini disebut sebagai megacity, kota yang dihuni oleh lebih dari 10 juta populasi manusia. Kota kota tersebut secara berurutan dari yang pertama adalah Tokyo, New Delhi, Sao Paulo, Mumbai, Mexico City, New York, Shanghai, Calcutta, Dhaka, dan Karachi. Tokyo sebagai kota paling mega memiliki populasi 36,67 juta orang sementara Karachi memiliki populasi sebesar 13,13 juta orang.
Lalu, dimana posisi Jakarta? Hmm...ternyata Jakarta dengan segala kerumitan, kemacetan, pertengkaran, dan kebakaran ini belum masuk dalam daftar megacity. Jakarta baru diproyeksikan menjadi megacity pada tahun 2025. Bersama Jakarta, ada 9 kota lain yang juga diperkirakan menjadi megacity, antara lain Guangzhou, Bogota, Lima, Lahore, dan Chongping. dengan dinominasikannya Jakarta menjadi megacity, pastinya persoalan yang ada bakalan lebih rumit jika tak ditangani, terutama masalah lingkungannya.
Dalam artikel lainnya, Nature menyinggung peran ilmuwan dalam pembangunan lingkungan kota. Hal itu berangkat dari fakta bahwa sebagian besar ilmuwan beserta jurnal-jurnal ilmiahnya dipublikasikan di kota-kota besar di dunia. Salah satu masalah yang disinggung adalah, harusnya kota besar dengan banyaknya ilmuwan yang ada mampu memimpin gerakan dalam membangun dan menata lingkungan. Bagaimana dengan Jakarta?
sumber: kompas.com
KLIK JUGA DISINI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar